5. Al - Khawarizmi
Bapak Matematika ( 780 – 848 M ) Muhammad bin Musa
Al-Khawarizmi adalah penemu ilmu Al Jabar dan tokoh ilmu pasti, paling besar di
dunia Islam. Para ilmuwan Eropa mengenalnya dengan Al frismus. Dari namanya ini
diambil istilah Al Gorism atau Algoritma.
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi lahir pada tahun 780 M di
bagian Barat kota Bagdad. Ayahnya, Musa bin Syakir adalah seorang pegawai
Khalifat al-Ma’mun. Saat usianya menginjak remaja, al-Khawarizmi didaftarkan
oleh ayahnya menjadi pegawai Khalifat al-Ma’mun.
Al-Ma’mun adalah salah seorang Khalifah Abbasiyah yang sangat
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Ia mendirikan Baitul Hikmah (pusat
ilmu pengetahuan) di kota Bagdad. Di tempat ini, ia mengumpulkan para ilmuwan fisika, matematika, astrologi,
sejarawan, penyair, ahli hukum, ahli hadis dan para musafir (ahli tafsir).
Al-Ma’mun meminta mereka untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka
miliki dan menuliskannya. Ia juga meminta para ilmuwan itu untuk menerjemahkan
buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa Yunani, Yahudi dan Cina ke dalam bahasa
Arab. Selama tinggal di Baitul Hikmah, para ilmuwan itu mendapat tunjangan dan
jaminan dari Khalifah al-Ma’mun.
Penerjemah.
Khalifah Al-Ma’mun sangat tertarik oleh salah seorang
pegawainya yang kelihatan cerdas dan cekatan. Orang itu tidak lain adalah
Al-Khawarizmi.
“Hai anak muda, kemarilah!” kata Al-Ma’mun.”Ada apa tuan?”
jawab Al-Khawarizmi. “Maukah engkau belajar bahasa Sansekerta?” tanya
Al-Ma’mun.”Tentu saja, Tuan,” jawab Al-Khawarizmi gembira.
Pada masa itu, bahasa Sansekerta merupakan bahasa yang banyak
diminati orang untuk dipelajari. Penyebabnya bahasa Sansekerta merupakan bahasa
pengantar dari buku-buku ilmu pengetahuan India.
Atas biaya dari Al-Ma’mun, Al-Khawarizmi kemudian belajar
bahasa Sanskerta hingga mahir. Setelah tiu, ia diberi tugas untuk menerjemahkan
sebuah buku berbahasa Sansekerta yang berjudul Siddhanta. Buku yang membahas
ilmu astronomi ini, diterjemahkan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa Arab dengan
sangat baik. Pada tahun 830 M, Al-Khawarizmi mendapat tugas lagi untuk
menerjemahkan buku geografi karya Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani.
Penulis
Setelah sukses menjadi penerjemah Al-Khawarizmi mulai menulis
buku. Buku pertama yang ditulisnya berjudul Suratul Ardhi (peta dunia). Dalam
bukunya ini, Al-Khawarizmi membagi bumi menjadi tujuh daerah yang disesuaikan
dengan perubahan iklim. Peta dunia karya Al-khawarizmi ini dijadikan model oleh
ahli-ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia.
Bersama para ilmuwan lainnya, Al-Khawarizmi kemudian membuat
tabel perhitungan astronomi yang dapat digunakan untuk mengukur jarak dan
kedalaman bumi. Karyanya ini diterima oleh para ilmuwan di Yunani, India dan
Cina. Pada tahun 1226, tabel ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
menjadi dasar penelitian astronomi.
Al-Khawarizmipun mulai dikenal sebagai orang jenius yang
mahir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan , terutama dalam bidang
matematika. Tulisan-tulisan karya ilmuwan Yunani dikoreksi kesalahannya oleh
Al-Khawarizmi, kemudian dikembangkannya sedemikian rupa sehingga menjadi mudah
dipahami.
Al-Khawarizmi menulis buku matematika yang berjudul Hisab
Aljabar wal Muqabala. Buku ini berisi tentang persamaan linear dan kuadrat.
Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara menyederhanakan suatu persamaan kuadrat.
Misalnya persamaan:
x + 5x + 4 = 4 – 2x + 5x³
dengan aljabar, persamaan ini menjadi :
x + 7x + 4 = 4 + 5x³
dengan al-muqabala, persamaan ini menjadi lebih sederhana:
x + 7x = 5x³
Buku Hisab Aljabar wal Muqabala ini kemudian diterjemahkan
pada abad ke 12 ke dalam bahasa Latin. Sampai abad ke 16 buku ini digunakan
sebagai buku pegangan para mahasiswa yang belajar matematika di
universitas-universitas di Eropa.
Riwayat Angka Nol
Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan
angka-angka, termasuk angka nol. Ia menulis buku yang membahas beberapa soal
hitungan dan asal-usul angka, serta sejarah angka-angka yang sedang kita
gunakan. Melalui Al-Khawarizmilah orang-orang Eropa belajar menggunakan angka
nol untuk memudahkan menghitung puluhan, ratusan, ribuan, dst, dst..
Dengan penggunaan angka tersebut maka kata Arab Shifr yang
artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis menjadi kata chiffre,
dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa Inggris menjadi cipher.
Bilangan nol ditulis bulat dan didalamnya kosong.
Al-Khawarizmi-pun memperkenalkan tanda-tanda negatif yang
sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab. Para matematikawan di
seluruh dunia mengakuinya dan berhutang budi kepada Al-Khawarizmi. Ia juga
mengarang buku sundials (alat-alat petunjuk waktu dengan bantuan bayangan sinar
matahari).
Al-Khawarizmi berhasil menyusun tabel astronomi yang sangat
lengkap untuk menggantikan tabel astronomi buatan Yunani dan India. Tabel ini
menjadi pegangan para ilmuwan astronomi, baik di Timur maupun di Barat.
Para ilmuwan Barat seperti Copernicus, banyak menyalin
teori-teori dari para ilmuwan muslim, diantaranya dari Al-Khawarizmi. Misalnya,
tentang perhitungan ketinggian gunung, kedalaman lembah dan jarak antara dua
buah objek yang terletak antara suatu daerah yang berpermukaan datar atau yang
berpermukaan tidak rata.
Bahkan, ada ilmuwan Barat lainnya yang tidak saja menyalin
teori hasil pemikiran al-Khawarizmi, tetapi juga mengakuinya sebagai penemunya.
Misalnya, John Napies (1550-1617 M) dan Simon Stevin (1548-1620 M) . Mereka
mengaku bahwa merekalah penemu rumus ilmu ukur mengenai segitiga, daftar logaritma
dan hitungan persepuluh. Padahal, para ilmuwan Muslim mengetahui bahwa
Al-Khawarizmi-lah yang pertama kali menemukannya.
Wafat
Pada tahun 847 M, Al-Khawarizmi wafat dalam usia 67 tahun. Ia
meninggalkan kenangan abadi bagi para ilmuwan matematika di seluruh dunia. Ia
digelari Bapak Matematika karena keberhasilannya dalam memajukan cabang ilmu
ini hingga mencapai puncaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar