7. Diophantus
Riwayat
Sekitar tahun 250 seorang
matematikawan Yunani yang bermukim di Alexandria melontarkan problem matematika
yang tertera di atas batu nisannya. Tidak ada catatan terperinci tentang
kehidupan Diophantus, namun meninggalkan problem tersohor itu pada Palatine
Anthology, yang ditulis setelah meninggalnya. Pada batu nisan Diophantus
tersamar (dalam persamaan) umur Diophantus.
Seperenam kehidupan yang
diberikan Tuhan kepadaku adalah masa muda. Setelah itu, seperduabelasnya,
cambang dan berewokku mulai tumbuh. Ditambah sepertujuh masa hidupku untuk
menikah, dan tahun kelima mempunyai anak. Sialnya, setengah waktu dari
kehidupanku untuk mengurus anak. Empat tahun kegunakan bersedih.
Berapa umur Diophantus? *)
Berapa umur Diophantus? *)
Dugaan tentang kehidupan
Diophantus cukup misterius. Kita hanya dapat menduga lewat dua fakta yang
menarik sebelum menarik kesimpulan. Pertama, dia mengutip tulisan Hypsicles
yang diketahui hidup sekitar tahun 150 SM. Kedua, tulisan Diophantus dikutip
oleh Theon dari Alexandria. Prakiraan hidup Theon, diacu dari gerhana matahari
yang terjadi pada 16 Juni 364. Dengan dua fakta ini diperkirakan Diophantus
hidup antara tahun 150 SM sampai tahun 364. Para peneliti, menyimpulkan bahwa
diperkirakan Diophantus hidup sekitar tahun 250.
Karya Diophantus
Diophanus menulis Arithmetica,
yang mana isinya merupakan pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat
beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut disebut persamaan Diophantin,
digunakan pada matematika sampai sekarang.
Diophantus menulis lima belas namun hanya enam buku yang dapat dibaca, sisanya ikut terbakar pada penghancuran perpustakaan besar di Alexandria. Sisa karya Diophantus yang selamat sekaligus merupakan teks bangsa Yunani yang terakhir yang diterjemahkan. Buku terjemahan pertama kali dalam bahasa Latin diterbitkan pada tahun 1575. Prestasi Diophantus merupakan akhir kejayaan Yunani kuno.
Diophantus menulis lima belas namun hanya enam buku yang dapat dibaca, sisanya ikut terbakar pada penghancuran perpustakaan besar di Alexandria. Sisa karya Diophantus yang selamat sekaligus merupakan teks bangsa Yunani yang terakhir yang diterjemahkan. Buku terjemahan pertama kali dalam bahasa Latin diterbitkan pada tahun 1575. Prestasi Diophantus merupakan akhir kejayaan Yunani kuno.
[Pierre] Fermat mengetahui buku
Diophantus lewat terjemahan Clause Bachet yang diterbitkan tahun 1621. Problem
kedelapan pada buku kedua tentang cara membagi akar bilangan tertentu menjadi
jumlah dua sisi panjang. Rumus Pythagoras sudah dikenal orang Babylonia 2000
tahun silam – memberi inspirasi bagi Fermat untuk menuliskan TTF /Theorema
Terakhir Fermat (Fermat Last Theorem).
Susunan dalam Arithmetica tidak
secara sistimatik operasi-operasi aljabar, fungsi-fungsi aljabar atau solusi
terhadap persamaan-persamaan aljabar. Di dalamnya terdapat 150 problem, semua
diberikan lewat contoh-contoh numerik yang spesifik, meskipun barangkali metode
secara umum juga diberikan. Sebagai contoh, persamaan kuadrat mempunyai hasil
dua akar bilangan positif dan tidak mengenal akar bilangan negatif. Diophantus
menyelesaikan problem-problem menyangkut beberapa bilangan tidak diketahui dan
dengan penuh keahlian menyajikan banyak bilangan-bilangan yang tidak diketahui.
Contoh: Diketahui bilangan
dengan jumlah 20 dan jumlah kuadratnya 208; angka bukan diubah menjadi x dan y,
tapi ditulis sebagai 10 + x dan 10 – x (dalam notasi modern). Selanjutnya, (10
+ x)² + (10 - x)² = 208, diperoleh x = 2 dan bilangan yang tidak diketahui
adalah 8 dan 12.
Diophantus dan Aljabar
Dalam Arithmetica, meski bukan
merupakan buku teks aljabar akan tetapi didalamnya terdapat problem persamaan
x² = 1 + 30y² dan x² = 1 + 26y², yang kemudian diubah menjadi “persamaan Pell”
x² = 1 + py²; sekali lagi didapat jawaban tunggal, karena Diophantus adalah
pemecah problem bukan menciptakan persamaan dan buku itu berisikan kumpulan
problem dan aplikasi pada aljabar. Problem Diophantus untuk menemukan bilangan x,
y, a dalam persamaan x² + y² = a² atau x³ + y³ = a³, kelak mendasari Fermat
mencetuskan TTF (Theorema Terakhir Fermat). Prestasi ini membuat Diophantus
seringkali disebut dengan ahli aljabar dari Babylonia dan karyanya disebut
dengan aljabar Babylonia.
*) Misal umur x, sehingga x =
1/6x + 1/12x + 1/7x + 5 + ½x + 4 akan diperoleh x = 84, umur Diophantus.
Sumbangsih
Seringkali disebut dengan
”Bapak” aljabar Babylonia. Karya-karyanya tidak hanya mencakup tipe material
tertentu yang membentuk dasar aljabar modern; bukan pula mirip dengan aljabar
geometri yang dirintis oleh Euclid.
Diophantus mengembangkan
konsep-konsep aljabar Babylonia dan merintis suatu bentuk persamaan sehingga
bentuk persamaan seringkali disebut dengan persamaan Diophantine (Diophantine Equation)
menunjuk bahwa Diophantus cukup memberi sumbangsih bagi perkembangan
matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar